Di era teknologi informasi dan era keterbukaan ini, masyarakat
mempunyai kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya, sehingga apabila
masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang tidak bermutu maka
masyarakat berhak menuntut pada pemberi pelayanan kesehatan. Namun
kondisi keterbukaan pada masyarakat saat ini sepertinya belum didukung
dengan kesiapan pelayanan kesehatan, salah satunya dalam memenuhi
ketersediaan alat dokumentasi yang cepat dan modern dipelayanan
kesehatan, khususnya rumah sakit. Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi dewasa ini di Indonesia belum secara luas dimanfaatkan
dengan baik oleh perawat khususnya di pelayanan rumah sakit, terutama
pelayanan keperawatan.
Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi
besar bagi pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan, seorang perawat harus mampu melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai standar, yaitu dari mulai pengkajian sampai dengan
evaluasi dan yang sangat penting adalah disertai dengan sistem
pendokumentasian yang baik. Namun pada realitanya dilapangan, asuhan
keperawatan yang dilakukan masih bersifar manual dan konvensional, belum
disertai dengan sistem /perangkat tekhonolgi yang memadai. Contohnya
dalam hal pendokumentasian asuhan keperawatan masih manual, sehingga
perawat mempunyai potensi yang besar terhadap proses terjadinya
kelalaian dalam praktek. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi, maka sangat dimungkinkan bagi perawat untuk memiliki sistem
pendokumentasian asuhan keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan
Sistem Informasi Manajemen. Salah satu bagian dari perkembangan
teknologi dibidang informasi yang sudah mulai dipergunakan oleh kalangan
perawat di dunia internasional adalah teknologi PDA ( personal digital assistance. Di masa yang akan datang, pelayanan kesehatan akan dipermudah dengan pemanfaatan personal digital assistance (PDA). Perawat, dokter, bahkan pasien akan lebih mudah mengakses data pasien serta informasi perawatan terakhir.
Definisi PDA (Personal Digital Assistants) menurut Wikipedia adalah sebuah alat komputer genggam portable,
dan dapat dipegang tangan yang didesain sebagai organizer individu,
namun terus berkembang sepanjang masa. PDA memiliki fungsi antara lain
sebagai kalkulator, jam, kalender, games, internet akses, mengirim dan
menerima email, radio, merekam gambar/video, membuat catatan, sebagai address book, dan juga spreadsheet.
PDA terbaru bahkan memiliki tampilan layar berwarna dan kemampuan
audio, dapat berfungsi sebagai telepon bergerak, HP/ponsel, browser
internet dan media players. Saat ini banyak PDA dapat langsung mengakses
internet, intranet dan ekstranet melalui Wi-Fi, atau WWAN (Wireless
Wide-Area Networks). Dan terutama PDA memiliki kelebihan hanya
menggunakan sentuhan layar dengan pulpen/ touch screen.7)
Perusahaan Apple Computer-lah yang pertama kali mengenalkan PDA model
Newton MessagePad di tahun1993. Setelah itu kemudian muncul beragam
perusahaan yang menawarkan produk serupa seperti yang terpopuler adalah
PalmOne (Palm) yang mengeluarkan seri Palm Pilots from Palm, Inc dan Microsoft Pocket PC (Microsoft). Palm menggunakan Palm Operating System
(OS) dan melibatkan beberapa perusahaan seperti Handspring, Sony, and
TRG dalam produksinya . Microsoft Pocket PC lebih banyak menggunakan MS
produk, yang banyak diproduksi oleh Compaq/Hewlett-Packard and Casio. 9)
Bahkan saat ini juga telah muncul Linux PDA, dan smart phone. Di masa yang akan datang, pelayanan kesehatan akan dipermudah dengan pemanfaatan personal digital assistance (PDA).
Dokter, mahasiswa kedokteran, perawat, bahkan pasien akan lebih mudah
mengakses data pasien serta informasi perawatan terakhir. “Aplikasi
klinis yang banyak digunakan selama ini adalah referensi tentang obat/drug reference.
Bahkan sebuah PDA dengan pemindai bar code/gelang data, saat ini sudah tersedia. PDA semacam ini memungkinkan tenaga kesehatan untuk memindai gelang bar code/gelang
data pasien guna mengakses rekam medis mereka, seperti obat yang tengah
dikonsumsi, riwayat medis, dan lain-lain. Selain itu, informasi medis
tersebut dapat pula diakses secara virtual di mana pun kapan pun, dengan bandwidth
ponsel yang diperluas atau jaringan institusional internet nirkabel
kecepatan tinggi yang ada di rumah sakit. Di samping itu data pasien
atau gambar kondisi/penyakit pasien dapat didokumentasikan, untuk tujuan
pengajaran atau riset, demi meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Meski demikian, PDA tidak akan dapat menggantikan
komputer/dekstop/laptop. Tetapi setidaknya, alat ini akan memberikan
kemudahan tenaga kesehatan untuk mengakses informasi di mana saja.
Fungsi bantuan PDA untuk kita sebagai perawat adalah perawat dapat
mengakses secara cepat informasi tentang obat, penyakit, dan perhitungan
kalkulasi obat atau perhitungan cairan IV fluid/infus; perawat dapat
menyimpan data pasien, membuat grafik/table, mengefisiensikan data dan
menyebarluaskannya; perawat dapat mengorganisasikan data,
mendokumentasikan intervensi keperawatan dan membuat rencana asuhan
keperawatan; PDA dapat menyimpan daftar nama, email, alamat website, dan
diary/agenda harian; PDA sangat berguna untuk program pembelajaran
keperawatan; meningkatkan keterlibatan dan hubungan pasien-perawat.
Apabila pasien dan perawat memiliki PDA, aplikasi komunikasi keperawatan
tingkat mutahir dapat diterapkan, yang tidak lagi menonjolkan peran
tatap muka hubungan interaksi perawat-pasien (telenursing). PDA dapat
menunjang pengumpulan data base pasien dan RS, yang berguna untuk
kepentingan riset dalam bidang keperawatan. Sudah selayaknya institusi
pendidikan keperawatan sebaiknya memberikan penekanan penting dalam
kurikulumnya, untuk mulai mengaplikasikan “touch” over “tech”
(sentuhan tehnologi dalam bidang keperawatan). Sehingga saat si perawat
tersebut telah lulus, mereka dapat mengintegrasikan tehnologi dalam
asuhan keperawatan.
Dengan adanya komputer dan PDA di tempat kerja perawat, dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi kesalahan serta kelalaian/negligence,
meningkatkan mutu perawatan kepada pasien, dan meningkatkan juga
kepuasan kerja perawat. Sebagian besar perawat secara umum masih
“gaptek” tehnologi, termasuk PDA. Kita bisa memulai bergabung dengan
grup penggermar PDA dan masuk dalam kelompok/komunitas, atau dapat pula
belajar dari para dokter, membuka website tutorial/panduan PDA,
mempelajari dari buku dan dari perawat lain yang telah terbiasa
menggunakan PDA. Mulailah mencoba dari hal yang sederhana seperti agenda
harian, organizer, mengambil/upload gambar, games, musik, dsb.
Pemanfaatan PDA dan tehnologi pada akhirnya berpulang kepada perawat
itu sendiri. Namun sudah semestinya diharapkan keterlibatan institusi
rumah sakit atau pendidikan keperawatan, agar mampu merangsang
pemanfaatan tehnologi informasi/nursing computer secara luas di negara
kita. Di Indonesia seyogyanya akan lebih baik jika dosen/CI (clinical instructor)
dari institusi pendidikan AKPER/STIKES/FIK mulai mengenal pemanfaatan
PDA, dalam interaksi belajar mengajar. Misalnya saja saat pre/post conference
pembahasan kasus praktek mahasiswa di RS apabila terdapat obat/tindakan
keperawatan yang rumit, maka dosen dan mahasiswa dapat langsung akses
browser internet.
Demikian pula halnya di level manajer keperawatan setingkat Kepala
bidang Keperawatan/supervisor keperawatan di RS pun demikian. PDA
sebagai organizer, dan smart phone dapat membantu bidang pekerjaan
perawat dalam peran sebagai manajer. Setiap kegiatan rapat, pengambilan
keputusan, penggunaan analisa data dan teori keperawatan dapat diakses
segera melalui PDA. Setiap data yang ada di RS dapat pula bermanfaat
untuk bahan analisa riset keperawatan, masukkan untuk perumusan
kebijakan/policy dan penunjang sistem TI (tehnologi informasi) di RS. Sehingga bukan tidak mungkin akan tercipta nursing network
(jaringan keperawatan online) yang dapat memberikan pertukaran
informasi data dan program kesehatan secara online tanpa mengenal batas
geografis.
Akan ada saatnya dimana keperawatan, perawat, klien, asuhan
keperawatan akan bersinggungan dan berjalan seiringan dengan
perkembangan percepatan tehnologi. Sentuhan asuhan keperawatan dimasa
mendatang bukan tidak mungkin, akan semakin banyak berkembang pesat.
Aplikasi telemetry (alat monitor jantung pasien) di
ruang rawat semisal medikal pada pasien jantung koroner/MI, yang
dimonitor melalui CCU untuk melihat irama dan patologi, sistem data base
pasien, dan bahkan di Singapura telah dikembangkan alat pengukuran suhu
pasien dengan dimonitor melalui komputer – menjadi terobosan baru yang
perawat perlu ketahui. Hingga ada saatnya pula tehnologi informatika
dapat membantu mengurangi beban kerja perawat, dan meningkatkan akurasi
hasil asuhan keperawatan yang diberikan di Indonesia.
Perkembangan pemanfaatan PDA di dunia keperawatan Indonesia
nampaknya masih sangat minim, berbeda dengan di luar negeri yang sudah
berkembang pesat. Kemungkinan faktor penghambatnya yaitu kurang
terpaparnya perawat Indonesia dengan teknologi informatika khususnya
PDA, masih bervariasinya tingkat pengetahuan dan pendidikan perawat, dan
belum terintegrasinya sistem infirmasi manajemen berbasis IT dalam
parktek keperawatan di klinik. Mungkin perlu ada terobosan-terobosan
dari organisasi profesi perawat bekerjasama dengan institusi pelyanan
kesehatan untuk lebih mengaplikaskan lagi sistem informasi manajemen
berbasis IT dalam memberikan pelayanan ke pasien. Semula memang terasa
menyulitkan dan membutuhkan waktu lebih lama saat menerapkan program
tersebut. Namun setelah terbiasa terasa sangat membantu perawat sehingga
mengurangi administrasi kertas kerja dalam asuhan keperawatan. Seperti
contohnya, perawat tidak perlu lagi mengisi format tanda vital/vital signs pasien (dengan pulpen warna biru, merah, hitam, hijau dsb), cukup dengan langsung entry ke komputer. Sehingga yang semula ada sekitar 6 lembar kertas kerja yang perlu diisikan, sekarang cukup 1 saja yaitu nurses notes (catatan keperawatan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar